Namaku
Misliniya … sebenarnya tak ada yang istimewa dari ku, kecuali cerita
kehidupanku yang melanggar hukum waktu..
Bagiku
kehidupan begitu amat rumiit. Aku tak mengerti, bahkan sampai tubuhku melekat
di batu-batu tua ini, ditempat pengap ini … mungkin jika aku menceritakan semua
yang telah aku alami, kau akan sulit percaya, bahkan kau tak akan percaya. Ah …
takdir memang tidak bisa ditawar, terkadang Nampak adil dan terkadang Nampak tidak
masuk akal, bahkan jika itu tidak masuk akal sekali pun, mana mungkin kita bisa
mengubahnya.
Aku
tak mengerti, aku masih mengingatnya dengan jelas, kota Thorsus, raja Diqyanus,
senyum Priska, ah … semua cerita cerita itu mengaduk-aduk benakku …
Aku
masih mengingatnya ….
saat
aku harus berlarian mengendap-endap, pergi menemui Priska, gadis itu … bahkan
dengan wajah paniknya pun ia tetap terlihat cantik. Ia menggenggap erat kalung
salib pemberianku, ia selalu mengenakannya, setiap kali aku membecakan kitab
untuknya, wajah ingin taunya seolah buncah, meski aku tau ia tidak begitu
mengerti apa yang aku bacakan. Setidaknya aku senang berada disampingnya, dan
aku ingin menunjukkan jalan kebenaran untuknya.
Kaki
ku benar-benar lelah, rasa lelah itu bahkan seperti masih mencekik urat-urat
tubuhku sampai saat ini, saat aku harus berlari meninggalkan kota thorsus,
meningglakan semua yang aku miliki, dan meninggalkan Priska. Aku tau ia akan
tetap manantiku, ada janji suci yang terikat diantara kami, ya… dia telah
berjanji padaku dan aku telah berjajnji kepadanya.
Kau
tau… saat aku bangun dari tidurku … hal-hal aneh terjadi, semuanya aneh, bahkan
aku tak mengenali diriku sendiri, seluruh wajahku dipenuhi rambut-rambut,
punggungku terasa sakit, dan begitu pula dengan teman-temanku.
Keanehan
membungkus seisi kota, bukankah aku hanya tidur selama semalam, mengapa Kota
Torsus, bukan lagi kota yang aku kenali,apakah perubahan terjadi hanya dalam
sehari saja? jalan-jalan kota telah
berubah, bahkan aku nyaris tersesat, aku tak mengenali kota ini, apakah aku
sedang bermimpi, bahkan uang yang kami miliki tak bisa lagi digunakan untuk
membeli makanan, oh Tuhan mimpi macam apa ini… oh Tuhan, bangunkan aku dari
mimpi ini…
Namun,
kau tau … hal yang paling membuat benak ku terasa ingin aku bunuh saat itu
juga, priska … dia tak mengenaliku lagi, aku pikir dia akan segera berlari
kearahku saat ia melihatku, tapi yang aku dapati hanya gurat ketakutan bukan
gambaran kerinduan, ia menganggapku hantu, ia tak ingin mendekatiku. Bisakah kau
bayangkan, seseorang yang kau cintai, tiba-tiba tak mengenalimu lagi, bahkan
tak ingin mendekatimu? Ini membuat seakan seluruh tentara kota Thorsus
menghujamku dengan tombak mereka, atau mungkin bisa melebihi itu.
Yang tidak habis aku pikir, teman-temanku
mengatakan hal-hal aneh, kenyataan aneh, kenyataan yang sulit aku terima,
kenyataan bahwa kami bukanlah makhluk zaman ini, ya … jalan-jalan yang telah
berubah, pakaian-pakainan aneh, pepohonan yang berbeda, mungkin kenyataan ini
pantas dengan semua itu, tapi priska? Bukankah ia adalah priska yang aku
cintai, lihat semuanya masih sama, wajah cantiknya, dan kalung salib itu … tapi
kau tau, ia Nampak lebih cantik, tangannya membawa buku, dan perkataannya
mencerminkan bahwa ia memahami betul buku itu, sebenarnya apa yang ia lakukan
selama beberapa hari aku meninggalkannya? Dan lalu siapa lelaki tua yang selalu
membersamainya ? aku bahkan baru melihatnya …
Yaa..
hal yang aku takutkan pun terjadi, kenyataan itu adalah kenyataan, kanyataan
bahwa ada jarak berratus-ratus tahun antara aku dan Priska, malam itu aku tau, Priska
telah menungguku berates-ratus tahun yang lalu di lobi itu, malam itu pula aku
menyadari bahwa aku bukanlah makhluk zaman ini, dan tak ada yang bisa kau
lakukan, dia bukanlah Priska yang aku cintai, dan ini juga bukanlah zaman
dimana aku hidup, yaa benar aku adalah hantu di zaman ini, dan seperti
perkataan teman-temanku, tempatku ada di gua … ya, aku akan kembali ke gua, aku
akan meneruskan takdirku, entah takdir apa yang akan Tuhan tuliskan …
Kau
tau .. di dalam gua aku hanya tidur, berharap semua hal akan kembali seperti
semula, tanpa makanan dan minuman, aku dan teman-temanku, ya kami hanya tidur,
tidur untuk mati …
Lihatlah,
bebatuan di dinding gua itu, mereka adalah sakasi bisu penantian panjang ini,
aku tak tau apa yang Tuhan kehendaki, aku juga tak mengerti mengapa semua ini
terjadi. Aku pikr, aku hanya bermimpi, aku pikir aku tertidur sampai dedauan
itu berubah warna karena biasan senja, tapi ternyata dedauan itu berubah karena
pohon telah berubah, hal aneh macam apa ini, ini bukan mimpi … ini kenyataan.
Kau tak kan percaya ini, 300 tahun aku tertidur, 300 tahun pula janji itu
tertunda.
Aku kembali, setelah 300 tahun, entahlah …
apakah Tuhan memberikanku kesempatan untuk menyelesaikan janji ku dengan Priska
ataukah … Tuhan hanya mempermainkanku? Tidak, aku tau Tuhan tidak
mempermainkanku, Dia tau aku memiliki janji yang harus aku tepati, dia
memberikanku kesmpatan untuk menuntaskan kisahku, yaa ada kisah yang belum
terselesaikan …
Dingin
… dingin … aku merasakan sekujur tubuhku dingin, aku tidak bisa menggerakkan
tubuhku, tenggorokannku kering, perutku sangat lapar, pandanganku kabur,
dinding-dinding gua seolah menghimpitku, aku tidak merasakan apapun selain
dingin .. dingin .. apakah kematian sedang menggerogoti tubuhku sekarang ?
apakah aku aku akan mati sekarang ?
Kau
tau, aku mendengar suara langkah kaki
mendekatiku, dan suara yang memanggil namaku lirih, dan wajah itu … wajah itu …
wajah priska tepat di hadapanku, meski terlihat samar, aku bisa mengenalinya,
dia priska, oh Tuhan apakah aku sudah
kembali sekarang ? apakah aku sedang berhalusinasi sekarang ? apakah aku sudah
mati sekarang ? … aku sangat senang, sampai
semua terasa dingin, nampak gelap, ada terowongan gelap .. gelap … semuanya
gelap … selamat tinggal Priska …
oleh : Muna Nabila Amatullah
ditulis untuk keperluan pentas teater Oase Sastra Arab UNS
Kalau mau terjemahan nya gimana
ReplyDelete