Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ibunda Urwah bin Zubair
Qabishah bin Dzubair menceritakan, “Dahulu aku dan Abu bakar bin Abdurrahman bermajlis dengan Abu Hurairah, namun Urwah mengalahan kita karena ia bermajelis dengan Aisyah, manusia paling alim”
“Satu dari empat orang suku Quraisy yang ku dapati ilmunya seluas samudra” kata Imam az-Zuhri tentang gurunya.
Dialah Urwah bin Zubair, lahir pada tahun 23 Hijriah. Beliau merupakan tabi’in
yang luar biasa, ia termasuk salah satu dari tujuh fuqohaa Madinah yang terkenal keilmuaan, kezhuhudan, dan ketakwaannya dan menjadi penasehat pribadi Umar bin Abdul Aziz tatkala menjabat sebagai gubernur Madinah.
yang luar biasa, ia termasuk salah satu dari tujuh fuqohaa Madinah yang terkenal keilmuaan, kezhuhudan, dan ketakwaannya dan menjadi penasehat pribadi Umar bin Abdul Aziz tatkala menjabat sebagai gubernur Madinah.
Salah satu kisah ketabahan beliau adalah, saat kakinya akan di amputasi karena sakit kanker yang menjalar di kakinya. Saat itu tabib menyuruhnya untuk meminum khamr supaya tidak kesakitan saat proses amputasi. Namun ia meolak, ia meminta para tabib melakukan proses amputasi saat ia sedang shalat. Sedangkan Urwah diam dan tidak merintih. Subhanallah itulah kekuatan khusyu’ dalam shalat. Namun ujian dari Allah tak cukup sampai di situ, di riwatkan bahwa pada malam proses amputasi, Muhammad, putranya terjatuh dan meninggal. Maha besar Allah Yang menguji keimanan hambaNya yang shaleh. Malam itu beliau kehilangan kakinya dan salah satu anaknya.
Dan pertanyaannya adalah, dari mana beliau mewarisi sifat-sifat mulia itu, kecerdasan dan kepandaian. Siapa yang mendidiknya dan menanamkan akhlaq-akhlaq mulia tersebut.
وراء كل رجل عظيم أمرآة عظيمة
“Di balik pria yang agung, ada wanita agung di belakangnya”
Maka lihatlah ibunya, Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Istri dari Zubair bin Awwam ini menempati urutan kedelapan belas dalam urutan orang-orang yang mula-mula masuk Islam.
Beliau adalah wanita yang dermawan dan penyantun, diriwatkan bahwa ketika itu Rasulullah SAW beranjak dari Makkah, ayahnya Abu Bakar membawa seluruh hartanya yang berjumlah lima ribu dan enam ribu dirham. Kemudian kakeknya Quhafa’ sedang ia buta datang seraya berkata “sepertinya ini akan menyusahkan kalian dengan membawa seluruh harta”, kemudian Asma’ menjawab “tidak kek, ayah telah meninggalkan harta yang banyak untuk kami”, kemudian Asma meletakkan batu-batu di tempat Abu Bakar meletakkan uang, kemudian menutupnya dengan selembar kain, dan dipeganggnya tangan kakek, kemudian diletakkannya di atas kain tersebut. Padahal demi Allah, ayahnya tidak meniggalkan uang sepeserpun. Zubair bin awwam mengatakan “aku tidak pernah melihat wanita yang lebih penyantun dari Aisyah dan Asma’, namun sifat mereka sedikit berbeda. Kalau Aisyah, maka ia mengumpulkan uangnya sedikit demi sedikit, baru setelah terkumpul ia bagi-bagikan. Sedang Asma’ tak pernah menyimpan sesuatu untuk esok”.
Asma’ menikah dengan Zubair bin Awwam, di riwayatkan bahwa saat menikahi Asma’, Zubair tidak memiliki apapun, kecuali seekor kuda. Setiap hari Asma’ memberinya makan, menumbuk biji kurma dan mengambil air di sendang, dengan penuh kesabaran serta ketaan kepada suami.
Beliau di juluki sebagai Dzatu an-Nithaqain atau wanita yang mempunyai dua ikat pinggang, sejak ia membantu Rasulullah dan sahabatnya membawakan bungkusan makanan saat kembali dari gua Tsur, karena tidak mendapati tali maka ia melepaskan ikat pinggangnya, kemudian menyobeknya menjadi dua, yang satu dijadikan ikat makanan kepada unta, dan yang lainya di ikatkan pada pinggangnya. Asma’ pernah menasihati putranya, Abdullah bin Zubair “wahai putra ku hiduplah sebagai orang yang mulia dan gugurlah sebagi orang yang mulia pula …” Abullah bin Zubair akhirnya gugur dalam peperangan.
Asma’ binti Abu Bakar, seorang ibu, istri dan anak perempuan yang layak menjadi suri tauladan bagi wanita muslimah dalam ketebahannya, kesetiaannya, serta kepandaiannya dalam mendidik anak-anaknya sehingga lahir pejuang-pejuang Islam yang luar biasa. Dikatakan dalam syair
الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الأَعْرَاقِ ...
Ibu adalah sekolah, jika kau siapkan ia dengan baik
Maka kau telah menyiapkan generasi harapan …
Ibu yang berakhlaq baik akan melahirkan keturunan yanag berakhlaq baik pula, demikian sebaliknya. Maka bagi wanita, perbaikilah akhlaqmu, maka kau akan memperbaiki akhlaq bangsa ini.
Sumber : Usulu Tarbiayah wa Ta’limjilid 2, Ibunda para Ulama, Majalah Cakrawala GP1, Menjadi Wanita Paling Bahagia.